Aku bukanlah seorang yang sabar, namun aku juga bukanlah seorang yang tidak sabar. Sesungguhnya kesabaran itu bersifat relatif pada setiap masing-masing individu.
"Kesabaran itu ada batasnya."Terlalu sering aku mendengarkan untaian kalimat tersebut, entah diucapkan secara jelas dan penuh keyakinan, atau pun akibat luapan emosi yang tak tertahankan. Aku memang tak punya hak untuk menghakimi ataupun men-justifikasi mengenai hal tersebut, namun salahkah jika aku sedikit berpendapat mengenai hal ini?
Aku tak menyalahkan kalimat tersebut, mungkin memang demikian adanya. Satu hal yang menarik perhatianku, aku pernah mendapati seorang yang tak pernah mengeluh ataupun berkesah mengenai keadaan yang menurutku sudah melewati batas kewajaran. Aku memang tak tahu apakah ia tak sanggup melawan atau tak ingin, yang aku tahu hanya satu, ia tetap sabar menghadapi keadaan tersebut.
Muncul pertanyaan dalam benakku, tak adakah batas kesabaran di dalam dirinya? Aku berpikir, dan berujung pada suatu kesimpulan, setiap individu mempunyai keterbatasan masing-masing, dan kitalah yang menentukan batas kesabaran kita masing-masing (baca: membatasi kesabaran itu sendiri).
Keterbatasan kerap kali dijadikan alasan saat menghadapi kegagalan, membuatku berpikir akan hal ini, apakah sebenarnya diri kita sendiri yang telah membuat batas itu? Ataukah memang hanya sebatas itu kemampuan kita?
Aku tak dapat memberi jawab atas pertanyaan ini, namun satu yang ku yakin:
Jauh di dalam hati kita terdapat kesabaran tanpa batas, dan diri inilah yang menciptakan batas demi harga diri yang tak abadi.
0 komentar:
Post a Comment