MENGGAPAI CITA-CITA

Anak-anak dianugerahkan Tuhan kepada kita sebagai harta yang harus kita pelihara. Bila kita menyadari bahwa anak-anak adalah milik pusaka, maka kita menyadari betapa pentingnya anak-anak bagi kita. Dalam Mazmur 127:3 tertulis bahwa:Anak adalah milik yang diwariskan Tuhan kepada setiap orangtua dan sebagai upah dalam sebuah perkawinan. Selain anak, Tuhan juga memberikan harta benda yang juga nantinya akan diwariskan. Bedanya benda tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan Tuhan. Harta benda tidak mempunyai nilai kekal. Namun tidak demikian dengan anak-anak kita. Pada akhirnya mereka harus berhadapan dengan pengadilan Tuhan. Apa yang akan dikatakan anak-anak kita di hadapan Tuhan? Apa jadinya bila kita lebih memperhatikan (melindungi) harta-benda ketimbang anak-anak sendiri?

Mazmur 127 menyebut “berbahagia” setiap orang yang telah membuat penuh tabungnya. Orangtua yang demikian akan menjadi pahlawan, dan tidak mendapat malu bila berbicara di pintu gerbang, sekalipun dengan musuh.

Menurut buku A Parenting Thelogical Model, karya Myron Charter ada tujuh dimensi dari Kasih Allah Bapa yang harus direfleksikan setiap orangtua.

1. Sikap yang penuh peduli.

2. Tanggungjawab.

3. Disiplin.

4. Murah hati.

5. Respek

6. Pengenalan.

7. Pengampunan

Inilah dasar pembentukan seorang anak yang tangguh dan keluarga tangguh.

Orangtua yang bijak akan mengembangkan kepribadian mereka menjadi manusia yang berkualitas. Orangtua pasti mengharapkan kehidupan anak-anaknya lebih baik daripada dirinya sendiri. Untuk menggapai cita-cita tersebut, orangtua memprogram masa depan anak-anak dengan berbagai cara. Tetapi banyak sekali cara-cara yang ditempuh oleh para orangtua tidak sesuai dengan minat-bakat anak-anak. Akibatnya pada saat terjun ke masyarakat dia tidak menikmati bidang yang digelutinya. Bila seseorang tidak menikmati pekerjaannya, maka hasilnya juga tidak maksimal. Prestasinya akan mandeg tidak ada perkembangan.

Bagaimana seharusnya sikap orangtua, sehingga anak-anak kelak menikmati profesinya?

1. Persiapkan anak-anak menjadi diri sendiri, bukan menjadi duplikat diri kita.

Keberhasilan membina anak menjadi diri mereka sendiri dan menciptakan sendiri masa depan mereka, adalah merupakan kebanggaan. Kalau prestasinya menanjak dan menjadi orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat, maka ia akan menjadi kebanggaan orang sekampung, sekota, ia menjadi kebanggaan daerah.

Masa remaja anak itu sangat menentukan, tetapi dasarnya adalah pendidikan karakter pada umur sembilan tahun ke bawah. Pada umur tersebut mereka diusahakan menerima informasi-informasi positif dari kedua orangtua dan lingkungannya. Pada masa remaja itulah mereka mengalami gejolak kepribadian. Mereka mulai mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan persepsinya, dan bagaimana orangtua mengawasinya, mengarahkannya, sangat memerlukan sikap yang bijaksana. Orangtua jangan memaksa anak-anak untuk mengikuti kemauan orangtua, atau memaksakan diri seperti orang lain. Melainkan belajarlah banyak untuk memetik hikmah dari perjuangan seseorang yang sudah berhasil dalam hidupnya. Kita sendiri sebenarnya mempunyai keinginan ini dan itu. Biarkanlah mereka menciptakan karier mereka masing-masing.

2. Hindarkan bentrok dengan anak.

Orangtua sering melarang anak-anak, jangan begini, jangan begitu tanpa sebab yang jelas. Anak-anak sekarang sudah memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan jaman dahulu. Anak-anak harus mengetahui alasan yang jelas bila orangtua melarangnya.

Bila orangtua menanggapi protesnya dengan emosi maka kemungkinan bentrokan akan terjadi. Anak-anak akan menertawainya.Sebagai orangtua pasti tersinggung.

Jika anak-anak tidak sependapat dengan orangtua, tanyakan kepada mereka apa alasannya yang membuatnya menolak perintah. Jika alasan mereka masuk akal, orangtua harus bisa menerimanya. Banyak orangtua memperlakukan anak-anaknya seperti boneka, karena para orangtua ingin memiliki anak yang lebih baik dari mereka sendiri.

3. Ciptakan suasana saling menghormati.

Bagaimana peran ibu dan bapak dalam keluarga? Ini sangat menarik. Peran bapak/ibu sudah ada sejak mereka berkeluarga. Mulai dari kandungan anak itu sudah menjadi tanggungjawab orangtuanya. Apalagi setelah lahir ke dunia ini. Orangtua harus menghormati hak azasi anak-anak. Demikian juga anak-anak harus menghormati hak azasi orangtua mereka. Adalah tidak sopan apabila anak-anak membiarkan orangtua mereka menderita pada masa tuanya. Mereka harus menjalin hubungan yang baik dengan orangtua. Hormat-menghormati ini harus berjalan secara timbal-balik. Sebuah rahasia lagi yang perlu diketahui adalah, kemauan untuk mendengar dari keduabelah pihak. Orangtua harus mau mendengar keluh-kesah anak-anak mereka. Bukankah banyak orangtua selalu menjauh bila setiap kali anak-anak membeberkan uneg-uneg hatinya? Kesabaran untuk mendengar sangat diperlukan.

4. Bina watak anak-anak dalam tanggung jawab.

Pada saat seorang ibu mencuci piring, seringkali anak-anak menawarkan untuk membantunya dengan berkata: ”Ibu saya mau bantu mencuci piring” tetapi seringkali ibu menjawab dengan demikian: ”Kamu masih kecil, nanti piringnya pecah.” Dengan mendengar jawaban tadi si anak merasa disepelekan,”Ibu tidak percaya bahwa saya dapat mengerjakannya,” itu yang ada dalam benak anak. Kita tidak bermaksud menyepelekan, tetapi anak itu menilai bahwa dia tidak dipercaya. Semangat membantu dalam dirinya menjadi tidak berkembang.

5. Kembangkan sikap kreatif anak.

Untuk mengembangkan agar anak kreatif, maka orangtua harus memberinya berbagai macam alat-alat permainan. Dengan adanya fasilitas tersebut, anak-anak bisa berkreasi sesuai imajinasinya, umpamanya permainan membuat rumah-rumahan, mobil-mobilan, alat-alat kedokteran, dan lain-lain. Watak dan sifat manusia yang membutuhkan dorongan, rangsangan dari sesamanya. ”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Amsal 27:17).

Ciptakan lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, termasuk fasilitas belajar yang membangkitkan minat anak-anak. Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar pada dasarnya terletak pada guru/orangtua. Dari cara jenis permainan yang disukai anak-anak, maka orangtua dapat melihat bakat-minat anak-anak yang akan dikembangkan dalam hidupnya. Sejak lahir anak sudah dibekali Tuhan dengan 8 jenis kecerdasan yang dikenal dengan sebutan Multiple Inteligence.

1. Kecerdasan bahasa.(kecerdasan menulis dan berkata-kata)

Cara pengembangannya: Anak terus diajak bicara sejak usia dini, bacakan cerita yang berhubungan dengan imajinasi. Berikan kertas dan alat-alat tulis supaya anak-anak rajin mencoret-coret. Jangan lupa manfaatkan masa emas sembilan tahun pertama. Pada masa ini anak mampu menyerap minimal dua bahasa. Dengan demikian anak mempunyai dasar di dalam kecerdasan bahasa. nantinya dia akan mempelajari bahasa asing dengan lebih mudah.

2. Kecerdasan matematika.

Cara pengembangannya: berhitung setiap saat, setiap turun tangga, kalau di jalan menghitung jumlah pohon-pohon yang dilalui, menghitung mobil yang lewat. Matematika harus menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.

3. Kecerdasan imajinasi

Caranya: Dengan membiarkan anak berkhayal. Orang jenius banyak sekali menemukan ide ketika dia mandi, duduk di toilet. Umpama:Bagaimana perasaan nyamuk ketika dibunuh dengan raket nyamuk? Adakah cara menghindari nyamuk tanpa membunuhnya?

4. Kecerdasan musik

Caranya: Tentu saja dengan bernyanyi, bermain dengan aneka bunyi, memainkan peralatan musik. Kecerdasan musik ini adalah kecerdasan pertama yang muncul dalam diri anak. Semasa dalam kandungan anak sudah mendengar denyut jantung ibunya.

5. Kecerdasan Fisik

Orang yang cerdas fisiknya mempunyai kordinasi yang baik antara otak dan tubuh untuk mencapai target. Misal: penari balet dan atlet mempunyai kecerdasan fisik yang tinggi..

Caranya: Berikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk explorasi fisik. Bayi diletakkan di lantai sesegera mungkin. Jangan biarkan digendong terus-menerus. Itu tidak baik bagi anak. Biarkan dia berputar sesering mungkin karena sangat baik bagi perkembangan fisiknya. Latihan ini nantinya sangat diperlukan untuk kemampuan menulis.

6. Kecerdasan Sosial

Anak ini mudah bergaul di berbagai kalangan, mudah mendapat teman baru.

Caranya: Sejak dini libatkan anak ke pergaulan. Kalau kita bertemu dengan teman kita, perkenalkan anak kita kepada mereka. Jangan anggap mereka tidak ada dan tidak tahu apa-apa. Intinya kita melibatkan dia tanpa memaksa. Anak menikmati sosialisasi saat berumur 3 tahun. Sebelum usia ini, anak belum dapat menikmati.

7. Kecerdasan intrapersonal

Yaitu kepekaan akan diri sendiri dan situasi yang dihadapinya. Dia berani main sendiri, tetapi dapat juga bermain dengan orang banyak.

Caranya: Ciptakan hubungan batin mulai dari kandungan, ciptakan rasa aman dengan sentuhan, pelukan, kata-kata positif dan menenangkan. Bangun citra diri anak melalui tantangan dan feedback.

8. Kecerdasan natural

Sayang binatang, tanaman dan alam sekitar.

Caranya: Menyatu dengan alam, jalan pagi, wisata alam ke kebun binatang. Semua harus didiskusikan, juga dengan memelihara hewan atau tanaman.

Menjadikan keluarga pusat aktifitas dan mengutamakan pertumbuhan anak.

Untuk menghasilkan anak tangguh dibutuhkan kondisi atau atmosfer keluarga seperti tertulis di dalam kitab Mazmur 112:1-3.

1. Dipimpin orang yang takut akan Tuhan.

2. Menyukai Firman Tuhan dan menjadikannya dasar hukum keluarga.

3. Mengutamakan keluarga di atas segala aktifitas lainnya dan mengutamakan pertumbuhan anak.
4. Rela dan siap dipakai menjadi saluran berkat

0 komentar:

Post a Comment

Twitter

Followers